RAGAMBAHASA.com || Yamaha Gear 125 hadir bukan hanya menjawab kebutuhan mobilitas masyarakat yang beragam, tetapi sekaligus membawa teknologi yang mengedepankan efisiensi bahan bakar namun tetap menjanjikan performa mesin optimal.
Pertama dari penyematan mesin injeksi Blue Core 125 cc, generasi dapur pacu terbaru Yamaha yang konsumsi BBM-nya diklaim lebih irit 50 persen dibanding mesin karburator terdahulu.
Blue Core secara garis besar memberikan benefit proses pembakaran yang sempurna, optimasi sistem pelepasan panas atau pendinginan, serta lebih minim gesekan antar komponen dalam jeroan mesin, sehingga output yang dihasilkan lebih besar.
“Sistem durasi pemasukan bahan bakar diubah, kemudian minim gesekan berkat roller rocker arm, kalau dulu yang mesin karburator belum. Secara fungsi gesekannya lebih minim, otomatis power loss berkurang, jadi itu konsep bertenaganya,” terang After Sales Service Manager PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) Kadek Suma Adnyana
Lebih lanjut pencampuran udara dengan bahan bakar komposisinya diatur oleh sistem injeksi, meliputi komponen idle speed control, modulated air quantity sensor, sensor O2, hingga intake air pressure sensor.
“Sensor O2 sederhananya memperbaiki campuran udara, mendeteksi sisa O2 pembakaran dan O2 dari luar, sensor lalu mengirim sinyal untuk mengoreksi terlalu banyak atau sedikit pencampuran udara dan bahan bakar sehingga pembakaran lebih optimal,” imbuh Suma.
Mesin Blue Core Yamaha juga menggunakan bahan baku logam pembentuk silinder berupa aluminium, forged piston, dan diacyl silinder, mengadopsi mesin yang dipakai motor balap Yamaha.
Alumunium yang lebih ringan, juga lebih optimal dalam melepas panas. Jeroan mesin utamanya pada bagian kipas pendingin dibuat lebih besar, kemudian sirip pendinginnya tipis namun lebih banyak, sehingga pelepasan panas lebih efektif.
Stop Start System
Sudah irit bisa makin irit lagi berkat penyematan fitur Stop Start System, yang secara sederhana mematikan mesin dalam kondisi idling, misalnya saat di kemacetan atau sedang mengantre. Otomatis saat mesin mati, tak ada konsumsi bahan bakar.
Benefit lain dari penggunaan fitur ini tentunya bisa mereduksi emisi gas buang. Semakin sering digunakan saat bermobilitas di lalu lintas yang padat, maka semakin besar pula pengurangan emisinya.
Untuk menghidupkan mesin kembali, cukup memuntir kembali tuas gas, sejurus kemudian mesin bakal aktif. Fitur ini juga bisa dinonaktifkan untuk pengendaraan normal.
Perlu diingat ada beberapa syarat agar fitur ini bekerja dengan baik. “Sebab syarat bekerjanya membaca dari speed sensor, suhu kerja mesin, dan kondisi baterai (aki),” pungkas Suma.
“Misalnya saat on indikator baterai 11,3 ampere. Tetap bisa starter, namun aki harus diisi dulu, standarnya masuk di 12,4 ampere baterainya, lalu jalan dulu, kemudian baru bisa aktif,” lanjutnya.
Oleh karena itu saat baru dinyalakan fitur ini belum tentu akan langsung bekerja. Paling tidak setelah distarter, ada proses pengisian daya dulu ke baterai. Kemudian harus berjalan dulu. suhu mesin dalam kondisi ideal sekitar 60 derajat celsius, gas dalam keadaan tertutup, serta motor dalam keadaan berhenti.