RAGAMBAHASA.com || Sebanyak 50 hektare sawah di Desa Cikujang, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, menghadapi potensi gagal panen akibat musim kemarau. Untuk mencegah kekeringan, warga setempat mengambil inisiatif melakukan mitigasi bencana. Salah satu langkah yang diambil adalah memperbaiki bendungan di Leuwi Loa, yang terletak di Desa Cibentang. Bendungan ini rusak sekitar dua tahun yang lalu akibat banjir sungai.

Setelah sekian lama menunggu tanpa perbaikan dari pihak berwenang, warga akhirnya bergotong-royong memperbaiki bendungan tersebut menggunakan alat seadanya. Mereka khawatir jika bendungan tidak diperbaiki, 50 hektare sawah yang sangat bergantung pada aliran air dari bendungan ini akan terancam gagal panen.

“Keberadaan bendungan atau irigasi di Leuwi Loa sangat penting bagi warga. Air dari bendungan tersebut digunakan untuk mengairi sekitar 50 hektare lahan pertanian di Kampung Kutamaneuh, Kampung Babakan, dan Kampung Ciburial,” ujar Vikri (37), seorang warga setempat,  Rabu (14/8/2024).

Selain untuk pertanian, bendungan ini juga menjadi sumber air bagi budidaya ikan warga sekitar. “Bendungan ini berada di atas sungai, jadi jika tidak diperbaiki, air tidak dapat mengalir ke saluran irigasi yang diperlukan oleh para petani,” tambah Vikri.

Vikri menjelaskan bahwa para petani telah berusaha meminta bantuan dari pemerintah desa untuk memperbaiki bendungan yang rusak tersebut, namun hingga saat ini belum ada tanggapan.

“Jika bendungan tidak segera diperbaiki, dampaknya jelas akan menyebabkan gagal panen, yang akan sangat merugikan warga dan petani. Sudah sekitar dua tahun kami terus bekerja bakti, membuat bendungan sementara dari bambu dan bilik sepanjang 20 hingga 30 meter,” kata Vikri.

Dada (45), tokoh masyarakat setempat, turut menyuarakan harapannya agar pemerintah dan dinas terkait segera memberikan bantuan untuk memperbaiki saluran irigasi yang rusak akibat bencana.

“Bendungan ini sudah lama rusak dan tidak mendapat perhatian dari pemerintah. Oleh karena itu, kami bersama warga lain memutuskan untuk memperbaikinya sendiri dengan peralatan seadanya,” ungkap Dada.

Dada menjelaskan bahwa perbaikan yang dilakukan warga hanya bersifat sementara karena menggunakan bahan-bahan seperti bambu, yang rentan rusak kembali terutama saat hujan deras atau banjir bandang. “Namun, untuk sementara waktu, kami berharap ini bisa membantu di musim kemarau,” katanya.

Ia pun berharap agar pemerintah segera datang ke lokasi untuk melihat langsung kondisi para petani di wilayah tersebut.