Kamis, 16 Januari 2025 – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meninjau pembangunan perumahan tetap (huntap) di Desa Wanajaya, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pembangunan ini dilakukan pasca bencana banjir dan tanah longsor yang melanda wilayah tersebut pada Desember 2024.

 

Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto, menyatakan bahwa penanganan bencana telah beralih dari fase tanggap darurat ke transisi pemulihan, sesuai dengan SK Bupati No. 300.2.1/kep.1009/BPBD/2024. Rumah contoh yang dibangun, bernama Riksa (Rumah Instan Kuat, Sehat, dan Aman), berukuran 6×6 meter dengan dua kamar tidur, ruang tamu, dan satu kamar mandi. Riksa dirancang sebagai bangunan tahan gempa.

Data sementara mencatat 2.106 rumah rusak akibat banjir dan tanah longsor di Sukabumi, dengan rincian 446 rusak berat, 470 rusak sedang, dan 1.190 rusak ringan. Data ini masih dapat bertambah seiring proses verifikasi lapangan yang berlangsung.

Suharyanto mengajak perwakilan dari 18 BPBD kabupaten/kota di Indonesia untuk melihat pembangunan rumah contoh tersebut, dengan harapan dapat diterapkan di wilayah masing-masing yang terdampak bencana.

“Dengan 60 juta sudah bisa dibangun rumah seperti ini… sehingga dalam waktu tidak terlalu lama warga yang terdampak sudah bisa kembali ke rumah dan menikmati haknya,” ujar Suharyanto.

 

Selain itu, dilakukan penanaman 13 pohon, terdiri dari durian dan mangga, di pekarangan rumah contoh sebagai bagian dari pemulihan pascabencana. Pohon-pohon ini dipilih karena memiliki nilai ekologi dan ekonomi; akarnya dapat menopang tanah untuk mengantisipasi longsor, sementara buahnya bernilai ekonomis.

Setelah peninjauan, Suharyanto memimpin Rapat Koordinasi Percepatan Pembangunan Hunian Tetap di Pendopo Palabuhanratu, menekankan pentingnya percepatan pendataan rumah rusak berdasarkan tingkat kerusakan dan domisili warga, agar masa transisi darurat ke pemulihan berjalan lancar.

“Agar data rumah rusak segera terselesaikan… ini adalah wujud keseriusan pemerintah dalam membantu kesulitan masyarakat yang terdampak bencana,” jelas Suharyanto.