RAGAMBAHASA.com || Sebanyak sembilan santri sebuah pondok pesantren di Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, mengalami musibah akibat robohnya dinding kolam. Peristiwa tersebut menyebabkan empat santri meninggal dunia, sementara lima lainnya mengalami luka-luka.
Kejadian tragis itu terjadi di kawasan pesantren yang berlokasi di Jalan Parungseah, Desa Cipetir, Rabu (13/11/2024) malam, sekitar pukul 21.30 WIB. Para korban diketahui adalah santri sekaligus siswa SMP kelas 2.
“Benar, semalam di area pesantren wilayah Jalan Parungseah, Desa Cipetir, Kecamatan Kadudampit, telah terjadi insiden robohnya dinding kolam yang mengakibatkan empat orang meninggal dunia dan lima lainnya luka-luka,” ujar Ipda Ade Rulli, Kasubsi PIDM Polres Sukabumi Kota, saat dikonfirmasi pada Kamis (14/11/2024).
Kronologi Kejadian
Peristiwa ini bermula saat IN (25), seorang penjaga sapi di lokasi, mendengar teriakan minta tolong dari arah kolam sekitar pukul 21.30 WIB. IN kemudian mengajak saksi lain untuk menuju sumber suara.
Saat tiba di tempat kejadian, mereka mendapati para santri tertimpa dinding kolam yang sudah roboh. “Saksi langsung meminta bantuan untuk mengevakuasi anak-anak santri yang tertimpa dinding kolam,” kata Ade.
Dari keterangan saksi, kolam tersebut dalam kondisi kering tanpa air. Para santri diduga sedang bersembunyi di balik dinding untuk menghindari kegiatan pengajian rutin.
“Santri-santri itu diduga bersembunyi di balik dinding karena tidak ingin mengikuti kegiatan pengajian rutin. Sekitar pukul 24.00 WIB, pihak pesantren melaporkan kejadian ini ke Polsek Kadudampit. Para korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Setukpa Polri untuk penanganan,” jelasnya.
Korban
Empat santri yang meninggal dunia berinisial MF, MDA, MAR, dan MR. Sedangkan lima lainnya, yakni AN dan AD, mengalami luka ringan, sementara WA, NA, dan AND mengalami luka berat.
Tindakan Kepolisian
Saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan atas insiden ini. Polisi telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), memeriksa kondisi para korban di rumah sakit, serta mengumpulkan keterangan dari sejumlah saksi.
“Kami juga menyarankan agar pihak pesantren segera menghubungi keluarga korban,” tutup Ade.